Friday, November 25, 2011

Little Talk In The Afternoon

“Punya rasa takut kehilangan itu biasa, aku juga sering ngerasain itu. Tapi aku belajar. Kalau terus-terusan terpaku sama rasa takut kehilangan, gimana bisa maju.”
“Oh ya? Terus gimana cara ngatasinnya?”
“Berdoa sama yang Maha membolak-balikan hati. Karena gimanapun juga cuman dia tempat terakhir kita minta segala sesuatu. Berdoa supaya kita bisa di kasih kesempatan dan kekuatan untuk bisa sama-sama terus.”

Tercengang.


Ada rasa kaget yang muncul setelah dia mengucapkan itu semua. Seiring rasa kaget itu, aku juga merasa malu memenuhi dadaku. Malu semalu-malunya.
Dia yang baru saja mengucapkan hal itu, adalah orang yang dulunya kelewat cemburu dan sensitif. Apalagi kalau sudah menyangkut sesorang berinisial S.Tapi hei dengar, apa yang baru saja ia ucapkan padaku! Dia mau belajar, dia mau memperbaaiki sifatnya dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Lantas, kenapa aku yang berubah? Kenapa begitu mudah hal kecil membuat rasa cemburu menyala-nyala? Bukankah itu berarti aku menjadi lebih buruk dari dia?

Malu,
Malu,
Malu

Kuingat lagi beberapa menit yang lalu ketika ekspresi wajahku mendadak berubah datar. Lalu, percakapan di anatara kita terhenti begitu saja. Hanya suaranya yang masih terdengar mencoba merangakai cerita sementara aku? sibuk dengan perasaan marah dan takut yang kubuat sendiri. Beberapa kali dia mencoba menegur agar aku mau buka mulut. Sekalipun dengan sorot matanya yang lembut dan nadanya yang merayu, aku hanya menerawang jauh dan menggeleng pelan. Aku tau, akhirnya dia putus asa karena tak tahu harus berbuat apa. Dan akhirnya dia pun mengikuti alur-ku, bergabung bersama keheningan.


completely have no idea when it was written,
N.A.S

No comments:

Post a Comment