Tuesday, February 22, 2011

I'm proud of it!



yesterday was my first day in "introduction to advertising and marketing communication" class.

Di pertemuan pertama ini, seperti biasa di awali dengan perkenalan dari masing-masing mahasiswa/i. Tapi, karena ini merupakan kelas "introduction to advertising and marketing communication", dosen saya meminta perkenalan yang bukan sekedar menyebutkan nama dan asal daerah.
"tolong kalian maju ke depan satu-persatu dan perkenalkan diri kalian dengan menonjolkan keunikan yang kalian miliki, yang bisa menjadi personal branding kalian dan dapat membuat orang lain tertarik dengan keunikan yang kalian miliki, yah sebut saja kalian praktek menjual diri kalian kepada orang banyak" itu instruksi yang diberikan oleh dosen saya.
Tentu saja semua orang memiliki cara masing-masing untuk mejual diri mereka dan memiliki keunikan tersendiri yang menjadi faktor pembeda dengan yang lain.

Saat saya pun tiba ketika sang dosen memanggil nama saya untuk maju ke depan. sebelumnya saya cukup memutar otak untuk bisa mencari keunikan dalam diri saya sendiri. Kebanyakan orang berfikir bahwa dirinya sama dengan yang lain, dan mungkin saya salah satunya :P

"Secara personality, saya tipe orang yang senang mendengarkan cerita orang lain. Bisa dibilang i'm a good listener. Hal ini juga yang membuat saya bercita-cita (bahkan hingga sekarang) untuk menjadi seorang psikolog. Tapi entah kenapa saya bukan menjadi mahasiswi psikologi, justru nyasar di sini, di jurusan komunikasi hehe, bla bla bla bla"
Itu sepenggal yang saya sampaikan di depan kelas tentang diri saya. Masih panjang sih sebenernya, tapi harus di sensor dalam postingan ini supaya tidak tersebarluaskan LOL :P

Tanpa saya sadari mungkin kata-kata itu terekam di otak dosen saya. Sehingga selama kelas berlangsung, ketika dosen saya berkata bahwa marketing communication (dan konsentrasi ilmu komunikasi lain tentunya) erat hubungannya dengan ilmu psikologi, beliau selalu menyinggung nama saya.
"Ya Nuriy yang tadi menyampaikan bahwa dia salah jurusan di komunikasi, padahal minatnya ada di psikologi, keliru berfikiran bahwa dia nyasar. karena memang komunikasi dan psikologi erat hubungannya"
Dan selalu di ulang-ulang ketika dia mulai menyinggung masalah psikologi; bagaimana memahami keinginan konsumen, memprediksi apa yang dibutuhkan pasar dan lain lain. Malu juga sebenernya di singgung terus-menerus. Well, walaupun sebenarnya saya tau itu pasti salah satu strategi beliau untuk meyakinkan bahwa saya tidak salah jurusan sekaligus menjual mata kuliah yang dia ajar (secara beliau orang marketing communication, secara logika pasti yang keluar dari mulutnya tidak jauh dari menjual sesuatu). Tapi tiba-tiba ketika saya mencoba mencerna kata-kata beliau, saya serasa mendapat tamparan yang sangat keras. Kenapa?


Sebelum menjawab pertanyaan "kenapa?" di atas, saya akan menguraikan impian saya terlebih dahulu sebelum saya akhirnya memasuki dunia perkuliahan.

Dari dulu, ketika ditanya jurusan apa yang akan saya ambil di perguruan tinggi, saya hanya bisa berkata "bingung" atau '"masih belum tau". Tapi dalam benak saya sebenarnya saya selalu yakin untuk mengambil jurusan Psikologi. Terlebih lagi, adik terkecil saya merupakan seorang individu autistik sehingga saya merasa semakin dekat dengan dunia psikologi dan memiliki niatan untuk dapat mengambil spesialisasi untuk anak-anak berkebutuhan khusus (special needs) seperti adik saya. Bagi saya, dunia mereka unik dan tidak mudah ditebak. Keinginan saya juga di dukung oleh pendapat orang-orang terdekat yang selalu berkomentar "waaah nuriy cocok banget jadi psikolog". Makin jatuh cinta lah saya dan makin mantap untuk mengambil jurusan psikologi.

Namun, di sisi lain saya juga sangat terobsesi menjadi seorang news anchor yang bisa membacakan berita di tv. Obsesi ini muncul sejak saya masih duduk di bangku kelas 3 SD. Pada saat itu, saya menonton film korea yang mengisahkan perjalanan hidup seorang news anchor. Sejak itulah obsesi mejadi seorang news anchor muncul, ya sesederhana itu alasannya :)

Karena niatan saya untuk menjadi seorang news anchor, saya dulu berencana untuk memilih jurusan Hubungan Internasional di perguruan tinggi. Sebenarnya niatan saya untuk mengambil jurusan Hubungan Internasional didasari oleh pemikiran bahwa saya akan mempunyai bekal yang cukup di bidang politik dan hubungan internasional. Selain itu wawasan saya akan menjadi lebih luas karena saya terbiasa berhadapan dengan isu-isu yang memilik cakupan internasional. Sehingga bekal ini akan sangat membantu saya untuk menjadi seorang news anchor yang baik.

Ketika saya mendaftar di perguruan tinggi manapun, jurusan Hubungan Internasional dan Psikologi selalu berada di urutan pertama dan kedua pilihan saya. Padahal saya anak IPA sewaktu SMA. Saya termasuk golongan pengkhianat IPA dan pengambil lahan anak IPS hehe. Tapi lagi-lagi impian hanya sekedar impian. Saya tidak di terima di Hubungan Internasional.

Awal perkuliahan saya merasa tidak yakin dengan jurusan yang saya pilih. Ketika orang lain justru bangga dengan jurusan "Ilmu Komunikasi" dan memang salah satu jurusan yang peminat nya selalu meningkat dari tahun ke tahun, saya tidak.

Ketika setiap orang bertanya kepada saya "kuliahnya ambil jurusan apa mba?". "Imu Komunikasi" sahut saya datar. "wah bagus itu prospek ke depannya" tanggapan yang lazim mereka lontarkan mengetahui jurusan yang saya ambil. "Oh iya, hehe" saya hanya bisa tersenyum palsu.

Hal yang selalu ada di benak saya adalah "helloooo, gw ini bukan anak komunikasi banget ya. Orang gw ga banyak ngomong juga. Kalo di suruh ngomong di depan umum pasti selalu keringetan dan mules-mules. gw pemalu kali, mana cocok jadi anak komunikasi? its NOT so me!"

Oke, sekarang saya akan menjawab pertanyaan "Kenapa?". di atas tadi. "Kenapa sih kok omongan dosen tersebut bisa menjadi tamparan yang keras untuk saya?"

Alasannya karena selama ini pemikiran saya keliru besar!
Ternyata dengan jurusan yang saya ambil, saya tetap akan bersinggungan dengan dunia psikologi, seperti yang disampaikan oleh dosen saya. Ternyata, saya akan tetap mempelajari psikologi secara spesifik dalam mata kuliah psikologi komunikasi yang saya ambil di semester ini. Lalu, impian saya untuk menjadi seorang news anchor dan bergelut di dunia media massa bukan tidak mungkin untuk terwujud. Ilmu komunikasi merupakan jurusan yang bisa mengantarkan saya untuk mencapai mimpi saya itu. Hei, bukankah saya bisa mendapatkan kedua impian saya di jurusan saya yang sekarang ini? WAW bukankah ini seperti two in one? walaupun mungkin akan berbeda jadinya kalau saya benar-benar menjadi mahasiswi Hubungan Internasional atau Psikologi. ada hal yang tidak saya dapat karena memang saya seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi saat ini, itu pasti! Tapi bukankah tidak ada yang ideal di dunia ini? Tidak semua rencana yang kita susun bisa menjadi kenyataan.

Itulah yang membuat saya merasa tertampar. Saya merasa Allah sudah memberikan yang terbaik untuk saya saat ini. Saya bisa mendapatkan kedua ilmu yang saya inginkan di jurusan saya sekarang. Terlebih lagi, sewaktu saya secara tidak sengaja mengikuti seleksi tim protokoler di kampus saya dan alhamdulillah lolos seleksi pertama untuk menjadi MC wisuda. Padahal tanpa persiapan apapun. Selanjutnya saya mendapatkan training untuk menjadi seorang MC yang baik oleh Ibu Indah Sukoco. Di hari kedua training tersebut, setiap peserta di minta untuk melakukan simulasi menjadi MC dan membawakan acara formal, semi formal dan non formal. Di akhir pembekalan Ibu Indah memberikan komentar dan sarannya terkait simulasi yang kami bawakan perorangan.

Saya yang hanya mempunyai pengalaman menjadi MC dalam acara formal, mengira bahwa Ibu Indah akan berkomentar bahwa saya hanya cocok membawakan acara formal. Apalagi, acara formal sangat textual tanpa perlu improvisasi. Hal ini sangat berbeda ketika kita membawakan acara non formal atau semi formal yang memang membutuhkan banyak improvisasi untuk membangun suasana. Di tambah lagi, peserta yang lain kebanyakan berasal dari angkatan 2009 -saya sendiri angkatan 2010- dan memang sudah memiliki jam terbang yang tinggi sebagai MC di kampus. Sedangkan saya? Sekali lagi hanya pernah menjadi MC di acara formal dengan jam terbang yang kurang dari cukup.

Tapi komentar Ibu Indah sangat jauh dari yang saya bayangkan.
"Nuriy, kamu cocok membawakan acara non formal, semi formal maupun formal. Kamu bagus di ketiganya. Di tambah lagi, kamu memiliki vokal yang bagus, suara mikrofonis yang bagus. Ini bisa menjadi nilai plus untuk kamu. Namun, kamu perlu banyak berlatih untuk menambah pengalaman dan mengontrol mood kamu. Ibaratnya telur, kamu belum matang sepenuhnya. Tapi, dengan latihan yang terus menerus, penampilan kamu akan semakin matang dengan sendirinya."
WAW. jujur, jujur dan jujur saya kaget setengah mati mendengar komentar beliau. Sangat jauh dari prediksi saya. Saya kira beliau akan berkata "Kamu tidak cocok membawakan acara non formal dan semi formal karena kamu kaku, kurang improvisasi, bla bla bla". Tapi ternyata saya salah besar! mungkin bagi orang lain komentar beliau hanya hal yang biasa. Tapi bagi saya yang selalu meragukan kemampuan berbicara saya di depan umum, komentar dari beliau seolah-olah merupakan pengakuan bahwa saya bisa! ya, saya bisa! saya memiliki potensi! betapa meruginya saya karena selama ini saya tidak membiarkan potensi saya berkembang, betapa bodohnya saya karena selama ini saya tidak berani untuk sekedar mencoba kemampuan saya ini. Dan betapa murka nya Allah, karena saya sebagai hamba-Nya tidak pernah menggunakan potensi yang sudah Ia anugerahkan untuk saya.

Ya, saya tersadar bahwa Allah begitu sayang dan baik. Memberikan saya jalan untuk tetap dekat dengan kedua impian saya, malahan two in one! Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk saya. Jurusan Ilmu Komunikasi ini mungkin yang terbaik menurut-Nya untuk saya. Dan saya merasa sangat menyedihkan, sangat durhaka dan tidak tahu rasa syukur jika saya terus mengeluh bahwa saya salah jurusan. Manusia memang bisa berencana, namun Allah yang menentukan segalanya. Saya yakin Allah memang tahu apa yang terbaik untuk saya. Apa yang terbaik di mata saya belum tentu yang terbaik di mata-NYA. Karena saya hanya manusia biasa, hanya dapat melihat segalanya dalam perspektif yang sempit. Sombong sekali saya jika saya merasa bahwa semua yang saya rencakan sudah pasti yang terbaik untuk saya. Hanya Allah yang tahu apa-apa yang saya butuhkan, bukan sekedar apa yang saya inginkan.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al Baqarah : 216)

Dan mulai kemarin, saya bangga menjadi mahasisiwi Ilmu Komunikasi :D Tidak akan ada penyesalan lagi. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik dengan segala potensi yang telah Allah berikan untuk saya. Ini menjadi tanda syukur saya sebagai seorang hamba-Nya. Saya akan melakukan yang terbaik untuk bisa memberikan manfaat untuk orang-orang sekitar dengan ilmu yang akan saya dapatkan. Dan terlebih lagi saya akan selalu melakukan yang terbaik untuk bisa menorehkan senyum di bibir sepasang bidadari :)

4 comments:

  1. Kalau menurut saya sih dosennya bilang begitu karena personal brandingnya Nuriy berhasil. Jadi diinget terus deh.

    Sepertinya saya perlu kembali bertanya "Kenapa?" seperti yang Nuriy lakukan.. agar meyakini kalau jalan yang saya pilih sekarang adalah jalan yang terbaik. Makasih loh sudah diingatkan..

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Iseng liat2 fb nya Nuriy Azizah Susetyo, eh malah liat link ini..
    liat2 isinya lumayan bagus.. hahaha :D
    Gua ketawa sekaligus "tertampar" juga pas ngebaca ini..
    Makasih udah ngasih bocoran kalo Bu Indah bakal nguji anak2 jadi MC..
    haha :p (lol)
    Gua sih juga pengen di Hubungan Internasional, alhamdulillah dapet di salah satu ptn berperingkat 10 besar di Indonesia..
    Tapi sayang, ortu gua bener2 ngerekomendasiin buat ikut UB aja..
    Asli, gw gondok bgt disuruh kuliah di sini..
    Gua pikir:"Ngapain nih gua jadi anak komunikasi..enakan jadi anak HI.
    apaan nih komunikasi? mau jadi wartawan disini?
    ga gw bgt deh!"

    setiap hari dari hari pertama gua tahu kalo lulus di UB, pas ospek, hari kuliah, sampai mau UAS smester 1 gw terus nyesalin nasib..
    "Seandainya gua dulu ga nurut ikut tes disini mungkin gua udah kuliah di jurusan Hi.. deket sama pacar..(hahaha :p,lupakan), dll.."

    Ngeliat hasil uts peng.ilkom aja udah bikin gua enek:"Ini nih akibatnya dipaksa, masa peng. ilkom dapet kepala dua??!?"

    Penyesalan gua terus berlanjut dan akhirnya di akhir smester ditengah nilai gw yang cukup bagus (kecuali bahasa inggris yang dapet C+ gara2 males ngerjain OES), gua lagi2 makin nyesel begitu liat peng.ilkom gua ga lulus...

    Dalem hati:"Cukup!!! Gua berenti kuliah disini! Tahun ini gua ikut snmptn lagi demi dapet HI!"

    Tapi ternyata, gua baru sadar setelah Guri ngomong kayak gini..
    "Oo.. lo maunya HI y? tapi kan HI mirip2 sama komunikasi. Jadi apa bedanya??"
    Belum lagi ortu ngomong:"Kamu itu udah dapet beasiswa masa' nolak, ga bersyukur, terus nyesel? Liat orang2 diluar sana! MEREKA PUTUS KULIAH KARENA GA BISA BAYAR KULIAH, MEREKA MATI2AN CARI BEASISWA! KAMU MALAH GA BERSYUKUR!"

    Habis dibilangin kayak gitu, gua dikit2 mulai nerima kalo gua itu emang MAHASISWA KOMUNIKASI..
    Mungkin sekarang belum 100%.
    Ya..ga tau lah..
    Mungkin ini emang jalan terbaik buat masa depan gw nantinya..
    Apalagi habis baca terjemahan surat Al Baqarah tadi..
    jadi makin sadar..

    Waduh.kok kepanjangan..malah jadi curcol :P

    ReplyDelete
  4. hehehe, semangat for all of us! tomorrow is waiting for us :)

    ReplyDelete